Keluarga
dan Ironi Moral Generasi Bangsa
Sungguh
menjadi sebuah ironi ketika kita tengok sejenak pada realita yang terjadi di
Indonesia. Bagaimana tidak, melihat perkembangan kualitas moral manusia-manusia
di Indonesia yang semakin lama terlihat kian merosot dan terdegradasi. Sebut
saja sebagai contoh semisal semakin maraknya tindak kejahatan, pelecehan
seksual, semakin merebak dan maraknya praktek KKN, serta berbagai macam tindak
kriminalitas lainnya. Hal ini tentu berimbas terhadap memudarnya karakter
bangsa. Dengan fakta yang sedemikian ini tentu memunculkan pertanyaan dalam
benak kita yakni apa gerangan yang terjadi dengan manusia-manusia penerus
bangsa ini?
Selain
itu, fakta bahwa moral generasi muda yang seakan-akan terjangkiti virus dan penyatkit
akut sungguh sangat memprihatinkan dan memiriskan hati. Moral para pemuda
terlihat semakin jauh dari nilai dan norma ketimuran. Mereka cenderung lebih
suka mengikuti model pergaulan bebas dengan tanpa mengindahkan norma-norma yang
berlaku. Narkoba dan prilaku seks bebas sepertinya sudah menjadi hal yang
lumrah di kalangan muda-mudi Indonesia saat ini.
Fakta terbaru yang berkembang belakangan ini
adalah ternyata salah satu penyebab utama rusaknya moral putra-putri bangsa justru
disebabkan oleh pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi, semisal semakin
mudahnya akses penyebaran video-video berbau porno. Mudahnya akses teknologi saat ini yang diharapkan
berdampak positif bagi kemajuan pendidikan mereka ternyata malah menjadi bumerang.
Oleh
karenanya, kualitas suber daya manusia di Indonesia yang semakin memprihatinkan
ini, terlebih generasi muda indonesia, haruslah benar-benar diperhatikan secara
seksama. Karena semangat merekalah nantinya yang akan menjadi roda penggerak
bagi bangsa ini, semangat merekalah yang menjadi pemicu sekaligus sumbu utama
berkobarnya api semangat Indonesia. Apa jadinya kelak ketika bangsa Indonesia
dihuni oleh manusia-manusia yang tak berkarakter dan tak bermoral? Sungguh
tidak dapat dibayangkan.
Nah,
dalam pembentukannya, karakter dan moral seorang anak tidaklah berkembang menjadi
sedemikian rupa dengan sendirinya. Perkembangan karakter pada setiap individu
dipengaruhi oleh faktor tertentu, yakni faktor bawaan dan faktor lingkungan.
Menurut para developmental psychologist, setiap manusia memiliki potensi
bawaan yang akan termanisfestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang
terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Dalam hal ini, Confusius
–seorang filsuf terkenal Cina– menyatakan bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensi mencintai kebajikan, namun bila potensi ini tidak diikuti dengan pendidikan
dan sosialisasi setelah manusia dilahirkan, maka manusia dapat berubah menjadi
binatang, bahkan lebih buruk lagi. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan
anak yang berkaitan dengan nilai-nilai kebajikan sangat penting dalam pembentukan
karakter seorang anak.
Yang
menjadi pertanyaan mendasar kemudian adalah menjadi tugas siapakah untuk
memajukan kualitas moral generasi muda bangsa ini? Apakah ini adalah tugas bagi
para guru bangsa, kiai, ataukah pemerintah? Yang jelas jawaban paling bijak
adalah sudah barang tentu hal ini menjadi tugas kita segenap warga Indonesia untuk
ikut serta berperan aktif dalam meningkatkan kualitas moral generasi muda terlebih
peran keluarga (para orang tua) dalam mendidik moral putra-putrinya. Mereka tidak
bisa cuci tangan atas kenakalan, kemerosotan, dan kerusakan moral anaknya.
Selain diri sang anak sendiri, lingkungan keluarga dan orang tua adalah yang
paling ikut bertanggung jawab atas pembentukan karakter dan moral anak.
Peranan Keluaga
dalam Pembentukan Moral: Sebuah Solusi
Bagi
seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
perkembangannya dalam pembentukan kepribadian anak (tentunya dengan pola asuh
yang benar pula). Keluarga memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mewujudkan
kualitas moral para penerus bangsa. Betapa tidak, lignkungan keluarga dan orang
tualah yang menjadi teladan sekaligus guru pertama dalam pembentukan moral
anak. Pendidikan dan teladan yang diserap dari lingkungan keluarga dan orang
tua sangatlah melekat dalam pribadi anak kelak. Mereka memiliki tanggung jawab
besar terhadap pembentukan kepribadian sang anak.
Seperti
yang dikatakan dalam sebuah ungkapan: “lebih baik satu kali contoh daripada
lima kali nasihat.” Setidaknya dari ungkapan tersebut dapat kita simpulkan
bahwa selain menjadi teladan, sikap yang ditunjukkan oleh lingkungan keluarga
dan orang tua sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan karakter dan
kepribadian anak.
Terdapat
beberapa hal yang menjadi tanggungan atau kewajiban orang tua dan lingkungan
keluarga dalam membentuk karakter dan moral anak. Salah satunya adalah selalu menghimbau
sang anak untuk berbuat baik dan menghidarkannya dari perbuatan tercela. Disadari
atau tidak, semua perbuatan dan tingkah laku orang tua akan ditiru dan menjadi
pelajaran dasar yang sangat mudah diserap oleh anak.
Seperti
yang dikatakan dalam sebuah ungkapan; “pendidikan semenjak kecil laksana mengukir
di atas batu.” Teladan dan pendidikan yang diterima semenjak kecil dilingkungan
keluarga akan berbekas dalam pribadi anak kelak. Dengan demikian, apabila kita
menginginkan terbentuknya kepribadian dan moral yang baik pada anak tentunya
pelajaran dan teladan yang baiklah yang harus dicontohkan. Dan oleh karenanya,
sungguh tidak bijaksana sebuah keluarga yang mengajarkan kepada anak-anaknya
baik secara langsung maupun tidak langsung contoh-contoh perbuatan tercela
semisal berbohong dan yang semacamnya.
Dalam
Islam sendiri, bahkan juga dalam semua agama, terdapat suatu perintah kepada
para orang tua untuk selalu mengarahkan dan memberikan pendidikan yang baik
terhadap putra-putrinya. Seperti yang disebutkan dalam sebuah riwayat “Tak
ada seorang bapak pun yang dapat memberikan kepada anaknya satu pemberian yang
lebih berharga dari pada pendidikan yang baik.” Oleh karenanya, sudah
menjadi kewajiban bagi orang tua dan lingkungan keluarga, sebagai guru pertama,
untuk menanamkan nilai-nilai luhur dalam pribadi putra-putrinya, guna kelak
menjadi manusia-manusia yang bermoral dan berbudi pekerti baik. Mungkin,
dengan upaya pembenahan dan penanaman nilai-nilai moral terhadap sumber daya
manusia sejak dini, menjadi kunci yang daoat mengentaskan krisis moral yang mendera
bangsa ini. Semoga.
0 Comments:
Post a Comment