Tuesday 19 June 2012

Mengelola Keseimbangan Alam


Menjaga Keseimbangan Alam, Sebuah Refleksi

Selama beberapa tahun terakhir ini, bumi pertiwi Indonesia tidak henti-hentinya dilanda bencana. bencana datang bertubi-tubi memporak-porandakan bumi persada ini. Mulai dari gelombang tsunami yang menyapu bersih sebagian wilayah Aceh, gempa bumi yang mengguncang Yogyakarta, hingga semburan lumpur panas lapindo yang sudah menenggelamkan hampir separuh Sidoarjo. Bahkan ibu kota Jakarta telah menjadi langganan banjir pada tiap tahunnya.

  Tidak sedikit tentunya kerugian yang ditanggung oleh negara. Mulai dari kerugian materi yang jumlahnya mencapai hingga ratusan milyar rupiah, hingga korban jiwa yang tak terhitung lagi jumlahnya.

Oleh karenanya, timbul rasa iba serta kegelisahan yang sangat dalam benak penulis melihat penderitaan yang dialami oleh masyarakat. Tanpa adanya bencana alam pun masyarakat sudah sangat menderita akibat ulah para koruptor yang telah mencuri uang negara, apalagi ditambah dengan datangnya bencana alam yang datang secara bertubi-tubi silih berganti. Tentunya itu akan membuat masyarakat lebih menderita lagi. Berangkat dari hal itu, dalam benak penulis kemudian muncul pertanyaan apakah semua ini merupakan hukuman tuhan yang ditimpakan kepada kita? Kalau memang itu hukuman tetapi kenapa rakyat yang tak berdosa juga ikut menjadi korban bencana?

Pertanyaan di atas pantas rasanya untuk ditujukan bukan  kepada Tuhan, akan tetapi kepada diri pribadi kita masing-masing. Dengan merenung dan memahami pertanyaan di atas secara mendalam, penulis berharap tentunya kita semua dapat mengintrospeksi diri. Jikalau tuhan ingin menghukum kita, kenapa tuhan tidak menghukum para koruptor itu? Tentunya tuhan memiliki alasan kenapa tuhan mendatangkan bencana yang datang bertubi-tubi silih berganti kepada kita. Adaikata tuhan tidak punya alasan, maka tak patutlah dia kita sembah.

Setelah kita semua merenung dan mengintrospeksi diri, harapan penulis adalah kita sebagai makhluk dapat memahami bahwasanya bencana seperti banjir, tanah longsor, itu bukan sekedar hukuman yang diberikan tuhan –berbeda dengan bencana gempa bumi, gunung meletus ataupun tsunami, yang kesemuanya itu merupakan gejala atau hukum alam yang memang pasti terjadi–. Akan tetapi, hal itu juga di karenakan kecerobohan dan kelalaian manusia yang telah menghilangkan keseimbangan alam itu sendiri.

Semua itu tidaklah lepas dari hubungan sebab-akibat. Akibat kerakusan dan perbuatannya  sendiri, manusia telah merusak keseimbangan yang ada di alam ini. Pengerukan tambang bumi secara besar-besaran tanpa menjaga dan memperdulikan dampaknya bagi bumi kita ini, penebangan hutan liar secara besar-besaran, pembuangan limbah ke sungai-sungai atau ke laut, membuang sampah-sampah kesungai hingga membuat alirannya tersumbat, tentunya semua itu merusak akan alam dan membuat keseimbangan yang ada menjadi timpang. Akibatnya, banyak bencana yang terjadi, seperti banjir, tanah longsor, dan lain sebagainya.

Di dalam Al-Qur’an Q.S. Ibrahim disebutkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”  Ayat ini menyeru kepada kita sebagai makhluk yang beragama agar supaya kita selalu bersyukur terhadap nikmat yang telah diberikan-Nya. Namun, kebanyakan manusia kufur terhadap nikmat-Nya sehingga yang timbul dari prilakunya adalah prilaku hewaniah (rakus) dan lupa terhadap sang maha pemberi nikmat. Akibat dari kerakusan manusia dalam mengeksploitasi kekayaan bumi secara tidak proporsional adalah hilangnya keseimbangan alam dan akhirnya terjadilah bencana.

Sebuah contoh yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah bencana pemanasan global atau global warming. Dampak dari bencana ini tidak hanya dirasakan oleh bangsa Indonesia tetapi dirasakan oleh seluruh dunia. Bencana ini tentunya tidaklah semata-mata karena takdir tuhan. Tetapi lebih karena perusakan manusia terhadap alam itu sendiri. Hutan-hutan yang bertugas menyaring polusi guna melindungi lapisan ozon telah dibabat secara besar-besaran oleh manusia, sehingga yang terjadi adalah bencana.

Berangkat dari hal itu, maka hendaknya bermacam bencana yang telah kita lalui tidak hanya dijadikan sebuah episod kehidupan yang nantinya hanya akan dikenang dalam sejarah. Akan tetapi, kejadian tersebut hendaknya kita jadikan sebagai sebuah pelajaran penting agar kita semua nantinya lebih bisa berhati-hati dalam bertindak untuk menjaga dan menghargai akan keseimbangan alam. Dan kemudian diakhiri dengan harapan agar alam ini kembali pada keseimbangannya.

Manusia haruslah mampu untuk mengambil pelajaran dari semua kejadia (bencana) yang telah menimpanya itu. Sesungguhnya Tuhan tidaklah menciptakan sesuatu itu tanpa tujuan. Setiap kejadian (bencana) yang telah kita hadapi itu merupakan peringatan dari Tuhan agar kita bisa memperbaiki diri, termasuk dalam menjaga keseimbangan alam. Selain itu pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa manusia yang takabur menganggap dirinya hebat dan berkuasa di bumi ini sebenarnya hanyalah makhluk lemah yang tidak memiliki kekuatan tanpa pertolongan-Nya.

0 Comments:

blogger templates | Make Money Online